Shapefile Pasang Surut (Pasut) Air Laut adalah data spasial yang menyimpan informasi elevasi pasang surut seperti HAT, MHWS, MSL, MLWS, dan LAT dalam format vektor. Pasang surut terjadi akibat interaksi gravitasi antara bumi, bulan, dan matahari. Untuk memahami dan memprediksi pola pasang surut, peta pasang surut menjadi alat yang sangat penting. Data ini digunakan dalam GIS untuk analisis pesisir, navigasi, dan mitigasi bencana.
Pasang surut air laut adalah fenomena alami yang sangat penting bagi berbagai sektor, termasuk perikanan, navigasi, dan perencanaan wilayah pesisir. Dalam analisis pasang surut, terdapat beberapa parameter utama yang digunakan untuk menentukan elevasi permukaan air laut pada kondisi ekstrem maupun rata-rata. Parameter ini mencakup Highest Astronomical Tide (HAT), Mean High Water Springs (MHWS), Mean Sea Level (MSL), Mean Low Water Springs (MLWS), dan Lowest Astronomical Tide (LAT). Artikel ini akan membahas secara mendalam setiap parameter tersebut serta relevansinya dalam pemetaan dan analisis spasial berbasis data pasang surut.
- Highest Astronomical Tide (HAT)
HAT merupakan ketinggian maksimum permukaan air laut yang dapat dicapai akibat kombinasi efek gravitasi Bulan dan Matahari. Nilai ini dihitung berdasarkan data pasang surut dalam jangka waktu yang panjang, biasanya lebih dari 18 tahun, untuk memastikan bahwa nilai puncaknya telah tercatat. HAT menjadi acuan penting dalam perencanaan struktur pesisir, seperti pelabuhan dan tanggul, guna mengantisipasi kemungkinan banjir akibat air laut pasang ekstrem. - Mean High Water Springs (MHWS)
MHWS adalah rata-rata ketinggian air laut saat pasang purnama (spring tide), yaitu ketika Bulan, Matahari, dan Bumi berada dalam satu garis lurus sehingga gaya tarik gravitasi lebih kuat. Pasang purnama terjadi setiap dua minggu sekali dan menghasilkan pasang yang lebih tinggi dari rata-rata. MHWS digunakan dalam perencanaan pesisir untuk menentukan batas pasang yang sering terjadi dan berdampak pada ekosistem serta infrastruktur di zona pantai. - Mean Sea Level (MSL)
MSL merupakan nilai rata-rata permukaan air laut dalam periode waktu tertentu, biasanya dihitung berdasarkan pengamatan harian selama bertahun-tahun. MSL sering digunakan sebagai referensi utama dalam berbagai studi oseanografi dan pemetaan topografi pesisir. MSL juga menjadi parameter penting dalam studi perubahan iklim, mengingat kenaikan muka air laut akibat pemanasan global dapat mempengaruhi nilai rata-rata ini dalam jangka panjang. - Mean Low Water Springs (MLWS)
MLWS adalah kebalikan dari MHWS, yaitu rata-rata ketinggian air laut saat surut purnama. Pada kondisi ini, air laut mencapai titik terendahnya akibat pengaruh gravitasi yang sama yang menyebabkan MHWS. MLWS menjadi acuan penting dalam navigasi laut, terutama untuk menentukan kedalaman minimum perairan di sekitar pelabuhan atau jalur pelayaran yang harus diperhitungkan oleh kapal dengan draft besar. - Lowest Astronomical Tide (LAT)
LAT adalah ketinggian minimum air laut yang tercatat berdasarkan perhitungan astronomis dalam periode tertentu. LAT sering digunakan sebagai referensi dasar dalam peta laut dan pemetaan batimetri. Karena LAT merupakan titik surut terendah yang bisa terjadi, nilai ini menjadi acuan dalam menentukan kedalaman minimal bagi kapal yang berlayar di perairan dangkal. Selain itu, LAT juga digunakan dalam konstruksi bangunan laut, seperti dermaga dan kanal navigasi, untuk memastikan struktur tersebut tetap berfungsi dalam kondisi surut ekstrem.
Pentingnya Analisis Pasang Surut dalam Konteks Spasial
Dalam konteks data spasial, parameter pasang surut seperti HAT, MHWS, MSL, MLWS, dan LAT sangat berguna dalam berbagai analisis lingkungan dan infrastruktur pesisir. Data ini biasanya disimpan dalam format shapefile (SHP), yang memungkinkan visualisasi dan analisis spasial menggunakan perangkat lunak GIS seperti QGIS atau ArcGIS. Dengan pemetaan spasial berbasis data pasang surut, perencana wilayah dapat menentukan zona rawan banjir, menilai dampak perubahan iklim terhadap garis pantai, serta mengoptimalkan desain dan lokasi infrastruktur pesisir.
Implementasi Data Pasang Surut dalam GIS
- Integrasi data pasang surut ke dalam sistem informasi geografis (GIS) memungkinkan analisis yang lebih mendalam terhadap pola pasang surut di suatu wilayah. Beberapa aplikasi utama dari data pasang surut dalam GIS meliputi:
- Perencanaan Tata Ruang Pesisir: Identifikasi wilayah yang rentan terhadap banjir rob berdasarkan data HAT dan MHWS.
- Manajemen Pelabuhan dan Navigasi: Penentuan jalur pelayaran berdasarkan kedalaman minimum menggunakan data MLWS dan LAT.
- Monitoring Perubahan Garis Pantai: Analisis dampak kenaikan muka air laut dengan menggunakan data MSL sebagai referensi perubahan elevasi air laut.
Analisis pasang surut air laut memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia, terutama bagi masyarakat pesisir. Dengan memahami parameter seperti HAT, MHWS, MSL, MLWS, dan LAT, kita dapat mengambil keputusan yang lebih baik dalam perencanaan infrastruktur, mitigasi bencana, dan pelestarian lingkungan. Integrasi data pasang surut dalam sistem GIS memungkinkan analisis yang lebih akurat dan prediktif, sehingga mendukung pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Dengan semakin berkembangnya teknologi pemetaan dan analisis spasial, pemanfaatan data pasang surut akan semakin optimal dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan peningkatan risiko bencana di wilayah pesisir.
Jika berminat mendapatkan data format SHP Shapefile diatas, silahkan hubungi admin melalui Contact Form/Whatsapp. Jika tidak ada halangan dan kesibukan lainnya, admin akan langsung merespon pesan yang teman-teman kirimkan.
Baca Juga:
1. Daftar kumpulan data shapefile (SHP) berbagai tema.
2. Kumpulan Tutorial GIS dan Remote Sensing
Baiklah sekian dulu untuk sharing kali ini tentang Shapefile (SHP) Pasang Surut (Pasut) Air Laut. Jika ada saran, tanggapan, pertanyaan, link mati serta request silakan gunakan kotak komentar, halaman kontak atau sosial media yang ada di website Lapak GIS. Terima Kasih.